THE PRESSURE TO BE THIN (2008)

Mengapa Definisi Kecantikan Berada di Label Ukuran Sehelai Pakaian?

By Muhammad Reza (muhammadreza_ss@yahoo.com , +6287877177869)

Tubuh Gemuk sebagai Antitesis Dunia Mode dan Kecantikan

Anda mungkin pernah menyaksikan beberapa episode serial UGLY BETTY yang ditayangkan di televisi. Dalam serial yang diproduseri Salma Hayek dan disadur dari telenovela Betty La Fea, akan Anda temukan potret dan definisi kecantikan yang terpatri di ujung setiap saraf otak warga Amerika. Cantik itu berwajah simetris dengan hidung kecil, bergigi putih yang rapi, dan tubuh kurus, dengan ukuran baju nomor nol.

Tokoh utama serial ini, Betty Suarez (America Ferrera), adalah gambaran yang berlawanan dengan ide wanita cantik di dunia mode Amerika. Selain berkawat gigi, ia sering dipanggil dengan sebutan ‘gendut’ oleh kolega-koleganya di majalah MODE. Tubuh yang tak kurus ini sepertinya menjadi antitesis terhadap dunia mode.

Tubuh Kurus Identik dengan  Dunia Mode dan Kecantikan? (Pembuka)

dior

Bila Anda membolak-balik halaman rubrik mode dari majalah panutan di bidangnya seperti Vogue Amerika atau W, akan terlihat barisan perempuan yang hanya berbalut kulit di tulang. Sama saja saat Anda menyaksikan parade model berbayaran termahal melalui saluran Fashion TV pada setiap finale peragaan busana. Saat Niki Hilton menjadi model pamungkas untuk Just Cavalli (atau saat Rihanna menutup peragaan musim panas 2008 Dsquared), kedua paha mereka yang tidak setipis top model Tanya Dzhialeva dan Andrea Stancu pun menjadi sesuatu yang janggal dan dibicarakan. Tips-tips berbusana yang dianjurkan pada kebanyakan majalah mode juga selalu berusaha menyiasati penampilan wanita agar terlihat jenjang, tinggi, dan lagi-lagi, kurus.

Ada apa sebenarnya dengan tubuh kurus dan mode? Bila melihat lukisan kuno atau foto setidaknya hingga era Marylin Monroe, bentuk tubuh wanita ideal itu adalah yang berisi dan memiliki lekuk-lekuk tubuh yang padat. Tubuh sintal Madame Bouvary, Ratu Prancis Marie Antoinette, penari penuh skandal Isadora Duncan, hingga ikon seksual Marylin Monroe pada masanya dijadikan acuan para wanita. Di awal tahun 60, Twiggy (lahir bernama Lesley Hornby) mulai menyetel tren baru dalam dunia modeling dengan tubuhnya yang sangat kurus dibandingkan dengan model-model ‘montok’ era Christian Dior.    Demam tubuh ala Twiggy pun merajalela saat film Breakfast at Tiffany beredar dan membuat para wanita ingin tampil setipis lidi bak Audrey Hepburn. Keempat persona bertubuh ‘penuh’ yang sebelumnya disebut seksi lalu berubah menjadi momok yang selanjutnya dianggap ‘gendut’.

Dalam mode, ada relevansi antara tubuh kurus (khususnya yang tinggi) dengan citra keanggunan. Dengan tubuh yang kurus, busana akan jatuh di badan dengan menciptakan efek elegan yang feminin. Setidaknya itulah citra yang dipopulerkan Audrey Hepburn dengan busana-busana simple-elegan Givenchy dan hingga saat ini selalu dijadikan referensi penampilan bersahaja sekaligus berkelas bagi pelaku industri mode dari  pembuat jam tangan Longines hingga couturier Zuhair Murad. Susan Train, mantan editor in chief Vogue Amerika dan Prancis pun mengakui figur Audrey Hepburn selalu menjadi inspirasi mode hingga kini.

Semakin Kurus

Dari era Twiggy, Ali McGraw, Lauren Hutton, hingga Jerry Hall dan Carree Otis, tubuh para model wanita semakin kurus dan mengurus. Bila sebelumnya ukuran baju nomor dua menjadi impian wanita yang ingin terlihat seperti model, ukuran baru yaitu nol pun menggantikan acuan lama. Kate Moss, Shalom Harlow, hingga yang terkini Chanel Iman mendefiniskan ‘kurus’ yang baru.

Menjadi model yang ‘terpakai’ di dunia mode memang harus tunduk pada kemauan pasar. Itulah yang terjadi saat model belasan tahun Ali Michael disuruh pulang dan kembali lagi ke agensi model DNA New York setahun kemudian untuk mengurangi berat badannya. Konon, sebagaimana yang diutarakan Fira Basuki dalam novelnya, Biru, tubuh selalu terlihat lima kilogram lebih gemuk dalam cetakan foto. Hal ini menyebabkan banyak model (dan wanita bukan model tapi mati-matian menyamai model) berusaha keras menjaga berat badannya agar selalu sesuai dengan ukuran ‘sample’ baju yang dipakai saat pemotretan atau peragaan busana.

Ada banyak cara yang dilakukan para model untuk mempertahankan kekurusannya. Dari yang benar dengan makan sehat dan berolahraga, hingga yang salah. Contohnya Kate Moss yang dikabarkan kecanduan rokok dan heroin agar tetap kurus, sementara Carree Otis menahan lapar secara berlebihan yang dikenal dengan istilah anoreksia. Carree Otis juga melengkapi penderitaannya (demi pekerjaan) dengan mengkomsumsi kokain, pil diet, hingga memuntahkan semua makanan (bulimia). Syukurlah, kini keduanya sudah bertobat atas kesalahan tersebut. Kematian model asal Brazil , Ana Carolina Reston, karena anoreksia tak hanya membuka mata dunia bahwa selain sosialisasi pola makan sehat bagi remaja dunia harus dilakukan, teori cantik itu identik dengan tubuh kurus juga harus dikoreksi.

Tubuh Kurus Identik dengan  Dunia Mode dan Kecantikan? (Penutup)

Sebagian selebriti berlomba menjadi kurus seperti Keira Knightley dan Kate Bossworth. Namun ada juga yang puas dengan bentuk tubuhnya yang berisi dan merasa tak perlu menguruskan badan. Kate Winslett, Scarlett Johansson dan Oprah Winfrey adalah buktinya. Oprah yang sebelumnya mengalami kelebihan berat badan melakukan diet makan sehat untuk menghindari efek buruk obesitas seperti penyumbatan pembuluh darah dan diabetes, bukannya untuk menjadi sebatang lidi. Kate Winslett sendiri mengungkapkan bahwa ia memang tidak memiliki metabolisme yang sangat cepat seperti Victoria Beckham yang selalu kurus walau sebanyak apapun mantan personil Spice Girls ini makan. Scarlett Johansson sendiri dengan lantang menyatakan dirinya ingin mengembalikan masa-masa glamour Hollywood saat lekuk indah tubuh wanita adalah kecantikan dan sensualitas sesungguhnya. Queen Latifah yang telah menulis buku Skinny Women Are Evil pun menyatakan bahwa Anda tak perlu berukuran baju nol hanya untuk merasa cantik dan seksi.

Dan bukan berarti semua pelaku industri mode mendukung budaya ‘pengurusan’ tubuh ini. Dari komunitas disainernya sendiri, tak semuanya berusaha tampil seperti model. Miuccia Prada atau Stella McCartney tak merasa dirinya bermasalah dengan berat badan. Kritikus mode Suzy Menkes, atau editor in chief  majalah mode Harper’s Bazaar Amerika Glenda Bailey pun tak bertubuh ceking seperti Anna Wintour yang menggawangi Vogue Amerika.

Beberapa tokoh dalam dua alinea terakhir memiliki satu kesamaan. Kepercayaan diri mereka tidak berada di kulit luar yang bersifat dangkal dan sesaat seperti standar atau ukuran kecantikan yang dibuat oleh orang lain. Apabila mereka memilih menjadi kurus atau berisi, itu adalah semata-mata demi kesehatan dan kenyamanan pribadi. Kalaupun ada yang menyebutkan penampilan bergaya dan modis itu hanya bisa diperoleh dengan tubuh kurus, teori tersebut terpatahkan oleh Miuccia Prada, Glenda Bailey atau Scarlett Johansson yang selalu masuk dalam daftar wanita berpenampilan terbaik versi majalah-majalah gaya hidup. Mungkin ini juga yang menyebabkan pesohor Nicole Richie memecat Rachel Zoe, konsultan mode pribadinya. Setelah lelah didoktrin dan dipaksa membuat tubuhnya sangat kurus, Nicole merasa ini tak ada hubungannya dengan penampilan bergaya.

Kepercayaan diri. Mungkin inilah yang pertama sekali harus ditanamkan dalam diri Anda sebelum melangkahkan kaki keluar rumah dengan baju entah berapa pun nomor ukurannya. Dengan kepercayaan diri, Anda akan menampilkan semua sisi terbaik yang bisa dilakukan dengan isi lemari Anda tanpa harus menjadi budak mode yang tak paham dengan diri sendiri. Tak ada label semahal apapun yang bisa membuat Anda merasa lebih cantik selain rasa percaya diri tersebut.